Bismillahirrahmanirrahiim...
Semoga yang tertulis ini memberikan manfaat.
Beberapa hari yang
lalu saya datang di walimahan teman kuliah. Alhamdulillah, teman yang satu ini
sudah menyempurnakan separuh agama-nya. Hadits nabi menyebutkan “ Jika
seseorang telah menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya.
Karenanya, bertaqwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Baihaqi,
Shahih)
Bagai pribahasa yang
sudah familiar ditelinga kita, ‘Ada gula, ada Semut’. Ada pernikahan pasti ada
pertanyaan ‘kapan nyusul?’. Pertanyaan seperti itu udah mainstream banget, udah
lahir sejak lama sebelum munculnya batu akik yang menggemparkan jagat raya.
Padahal sebenarnya
tanpa ditanyapun, kita juga sudah menanyakannya pada diri kita sendiri, “ Aku
kapan ya?” atau “ Besok kalo aku nikah dengan siapa ya? ” minimal dua
pertanyaan itu hadir di benak kita. (Ah, sok tau nih yang nulis, hehehe). Tapi memang
seperti itu. Kalau dua pertanyaan di atas tidak terbersit, lebih baik tulisan
ini tidak usah dilanjutkan untuk dibaca. Karena itu pertanda kalau pembaca
(kamu) belum cukup umur. :p
Ibarat tali kusut, saya
nggak tau mau mulai nulis darimana. Tapi yang pasti, kali ini saya pengen SEDIKIT
bercerita tentang sebuah pernikahan.
Kalau cerita tentang
nikah, teman-teman pengennya nikah dengan siapa? (Hayuk mikir.. dengan siapa
ya? Dengan dia, dia, dia, dia, atau dia? Atau dia? Atau... *Banyak banget
pilihannya mas/mbak/dek?. Padahal dia-nya kan belum tentu mau dengan situ :p
Udah nemu jawaban
dari pertanyaan diatas?
Kalo saya, sejujurnya
ingin menikah dengan orang yang saya cintai dan dia juga cinta. Menikah dengan
orang yang saling mencintai itu sepertinya sempurna banget kebahagiaannya. Kenapa?
Saya yakin masing-masing kita punya alasannya.
Tapi kita kan bisa
belajar mencintai setelah pernikahan? IYA, benar. Tulisan di atas hanya sebatas
jawaban dengan siapa kita ingin menikah. Itu cuma keinginan. Masih dalam bentuk
persepsi.
Terus gimana cara
kita tahu kalo dia juga cinta sama kita?
Hmm, pertanyaan yang
sulit dijawab. Sebagai orang yang memutuskan untuk tidak berpacaran, kita hanya
mampu menerka-nerka “Apa dia juga cinta sama aku ya?”. Itu sudah jadi resiko
dari pelaku “cinta dalam diam”.
Saya sadar, sebenarnya
keinginan untuk menikah dengan seseorang yang saling mencintai itu hanyalah
perasaan, dan perasaan bisa saja yang dominan adalah bisikan syetan. Untuk itu
perlu kita putuskan, bahwa pernikahan wajib mengikuti hasil shalat Istikharah. Ini
masalah serius dengan siapa kita akan menghabiskan waktu menjalani kehidupan, bro. Allah yang Maha Mengetahui apa yang
akan terjadi di masa depan, hanya DIA satu-satunya yang bisa dimintai petunjuk.
Memang, kita tidak ragu dengan kasih sayang orangtua atau keluarga kita, tapi
apakah saran dan nasehatnya pasti benar? Cuma Allah yang mengetahui secara
PASTI apa yang akan terjadi. Baik dan buruknya, Allah pasti tahu. Dan tentunya
proses istikharah bukan hanya sekali atau dua kali shalat, bisa jadi beberapa
kali kita lakukan shalat istikharah sampai memperoleh kemantapan hati.
Ketika usaha menuju
“mitsaqan gholidzo” telah terlaksana, tapi moment terindah itu belum juga
tiba...
Mungkin Allah sedang
memandang bahwa kita belum pantas, atau calon makmum/imam kita yang belum
pantas. Banyak faktor yang mengelilingi untuk urusan yang satu ini. Allah ingin
kita dipertemukan dan disatukan melalui caranya yang terindah. Allah ingin
masing-masing dari kita bertemu dalam kepantasan, dengan caraNya yang tak
terduga. Yang kita butuhkan selain terus berusaha memantaskan diri adalah kesabaran,
karena kesabaran salah satu hal yang akan mendatangkan pertolonganNya. [lihat
QS. Al Baqarah: 153]
Akhirnya,
dipenghujung tulisan ini..
Diam-diam aku tidak diam,
Diam-diam aku mendoakan mu, calon bidadariku..
Entah berapa kali air mata ini juga menetes
.................
Jika hari bahagia itu tiba..
Kita bersama merawat iman dan membangun jalan
ketaqwaan,
Kita tersenyum dan tertawa dalam ke-halal-an
Kita saling menatap dengan kerinduan
Yang telah terbingkai dalam pernikahan
“ Yaa Allah, seandainya namaku terucap didalam
doa-doanya, jika kelak kehadiranku mampu
membuat sejuk hatinya, jika kelak ia menjadi pribadi yang lebih indah bersamaku,
maka jika menurut-Mu ia adalah jodoh terbaik untukku, buatlah aku
juga merasakan hal yang sama, Jadikanlah ia jodoh dunia akhirat impianku dan satukan
kami dalam kebahagiaan..”
Pekanbaru, 24 April
2015
0 komentar:
Posting Komentar
Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.