Kamis, 23 April 2015

Dimensi Subjective Well Being

Dimensi Subjective Well Being atau Aspek-Aspek SWB

Diener  (dalam  Snyder  & Lopez,  2006)  menyatakan  bahwa SWB memiliki  tiga  bagian penting,  pertama merupakan penilaian  subjektif berdasarkan  pengalaman-pengalaman  individu,  kedua  mencakup  penilaian ketidakhadiran  faktor-faktor negatif,  dan  ketiga  penilaian  kepuasan  global. Diener  (1994)  menyatakan  adanya  dua komponen  umum  dalam SWB, yaitu dimensi kognitif  dan  dimensi  afektif. Dimensi  kognitif  diidentifikasikan sebagai  kepuasan  hidup  dan  dimensi  afektif  terdiri  dari  afek  menyenangkan dan  afek  tidak  menyenangkan  yang  dikenal  dengan  afek  positif  dan  afek negatif.

a. Dimensi Kognitif
Diener (2000) menyatakan bahwa SWB terdiri dari dua komponen yang terpisah, yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif direpresentasikan dalam bentuk kepuasan hidup secara global/umum (lebih dikenal dengan kepuasan hidup saja) dan kepuasan terhadap hal yang lebih spesifik seperti pekerjaan (work satisfaction), keluarga, dsb. Dalam hal ini peneliti hanya menjelaskan tentang kepuasan hidup secara global/umum. Kepuasan hidup (life satisfaction) merupakan bagian dari dimensi kognitif dari SWB. Life  satisfaction (Diener,  1994)  merupakan  penilaian kognitif  seseorang  mengenai  kehidupannya,  apakah  kehidupan  yang dijalaninya berjalan  dengan  baik.  Ini  merupakan  perasaan  cukup,  damai, dan  puas dari kesenjangan  antara  keinginan  dan  kebutuhan  dengan pencapaian  dan  pemenuhan. Campbell,  Converse,  dan  Rodgers  (dalam Diener,  1994)  mengatakan  bahwa kompoen  kognitif  ini  merupakan kesenjangan  yang  dipersepsikan  antara keinginan  dan  pencapaiannya apakah terpenuhi atau tidak. Dimensi  kognitif SWB ini juga  mencakup  area  kepuasan/domain satisfaction individu  di  berbagai  bidang  kehidupannya, seperti  bidang yang  berkaitan  dengan  diri  sendiri,  keluarga,  kelompok  teman  sebaya, kesehatan, keuangan,  pekerjaan,  dan  waktu  luang,  artinya dimensi  ini memiliki  gambaran yang multifacet.  Dan  hal  ini  sangat  bergantung  pada budaya dan bagaimana kehidupan seseorang itu terbentuk (Diener, 1984). Andrews dan  Withey  (dalam Diener,  1984)  juga  menyatakan  bahwa domain yang  paling  dekat  dan  mendesak dalam  kehidupan  individu merupakan  domain  yang  paling  mempengaruhi SWB individu  tersebut. Dimensi ini  dapat  dipengaruhi  oleh  afek  namun tidak  mengukur  emosi seseorang.

b. Dimensi Afektif
Subjective  well  being merupakan  kategori  besar  yang  mencakup respon  emosional  individu,  area  kepuasan,  dan  kepuasan  hidup.  Setiap konstruk harus dipahami dengan cara yang sesuai (Stones & Kozma dalam Diener, Suh,  Lucas,  &  Smith, 1999). Dimensi  afektif  merupakan perubahan neuropsikologikal yang sering dialami sebagai perasaan, mood, atau  emosi  dan  dapat diorganisasikan  ke  dalam  bentuk  paling  tidak menjadi  dua  dimensi  yaitu  valensi  dan  arousal  (Tsai,  2007). Mood  dan emosi  yang  biasa  dikenal  dengan  afek,  merepresentasikan  evaluasi individu  terhadap  setiap  peristiwa  yang ada di  dalam  hidupnya  (Diener, Suh, Lucas, & Smith, 1999). Bradburn  dan  Caplovitz  (dalam  Diener, Suh,  Lucas,  &  Smith, 1999)  mengungkapkan  tentang  afek  menyenangkan  dan  afek  tidak menyenangkan membentuk dua faktor yang independen dan harus diukur secara terpisah. Watson dan Tellegen (dalam Watson, Clark, & Tellegen, 1988) menyatakan sebuah landasan, model dua faktor yang biasa disebut dengan afek positif dan afek negatif.
1) Afek Positif
Afek  positif  merupakan  refleksi  dari  perasaan  antusias,  aktif,  dan siaga. Afek positif yang tinggi berupa energi yang tinggi, konsentrasi penuh,  dan  pengalaman  yang  menyenangkan,  sebaliknya  afek positif yang  rendah  bercirikan  kesedihan  dan  lesu  (Watson,  Clark,  & Tellegen, 1998). Snyder dan Lopez (2006) juga mengungkapkan afek positif  meliputi  antara  lain  simptom-simptom  antusiasme,  keceriaan, dan kebahagiaan hidup.

2) Afek Negatif
Afek  negatif  merupakan  dimensi  umum  dari keadaan  yang menyedihkan  dan  tidak  menyenangkan yang  memunculkan  berbagai macam mood yang tidak disukai seperti marah, merasa bersalah, takut, dan  tegang,  afek  negatif  yang  rendah  akan  memunculkan  rasa ketenangan dan ketentraman (Watson, Clark, & Tellegen, 1998). Afek negatif merupakan kehadiran simptom yang menyatakan bahwa hidup tidak menyenangkan (Snyder & Lopez, 2006). Dimensi  afektif menekankan  pada  pengalaman  emosi menyenangkan  baik  yang pada  saat  ini sering  dialami  oleh  seseorang ataupun  hanya  berdasarkan  penilaiannya. Keseimbangan  tingkat  afek merujuk  kepada  banyaknya  perasaan  positif  yang  dialami  dibandingkan dengan perasaan negatif (Diener, 1984). Kepuasan  hidup  dan  banyaknya  afek  positif  dan  negatif dapat saling  berkaitan,  hal  ini  disebabkan  oleh  penilaian  seseorang  terhadap kegiatan-kegiatan  yang  dilakukan,  masalah,  dan  kejadian-kejadian  dalam hidupnya.  Sekalipun  kedua  hal  ini  berkaitan,  namun  keduannya  berbeda, kepuasan hidup  merupakan  penilaian  mengenai  hidup  seseorang  secara menyeluruh, sedangkan  afek  positif  dan  negatif  terdiri  dari  reaksi-reaksi berkelanjutan terhadap kejadian-kejadian yang dialami (Diener, 1994).
Share on :


Related post:


3 komentar:

Anonim mengatakan...

Halo kak, boleh tau daftar pustaka artikel kakak? Aku lagi buat tugas penelitian dan mau pake artiikel kakak. Terima Kasih kak.

Unknown mengatakan...

ini sumbernya dari mana yaa? ada referensi jurnalnya yang lengkap gini? makasih

Unknown mengatakan...

ini sumbernya dari mana yaa? ada referensi jurnalnya yang lengkap gini? makasih

Posting Komentar

Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.