Minggu, 26 April 2015

Bingkai Kerinduan

Bismillahirrahmanirrahiim... Semoga yang tertulis ini memberikan manfaat.


Beberapa hari yang lalu saya datang di walimahan teman kuliah. Alhamdulillah, teman yang satu ini sudah menyempurnakan separuh agama-nya. Hadits nabi menyebutkan “ Jika seseorang telah menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertaqwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Baihaqi, Shahih)


Bagai pribahasa yang sudah familiar ditelinga kita, ‘Ada gula, ada Semut’. Ada pernikahan pasti ada pertanyaan ‘kapan nyusul?’. Pertanyaan seperti itu udah mainstream banget, udah lahir sejak lama sebelum munculnya batu akik yang menggemparkan jagat raya.
Padahal sebenarnya tanpa ditanyapun, kita juga sudah menanyakannya pada diri kita sendiri, “ Aku kapan ya?” atau “ Besok kalo aku nikah dengan siapa ya? ” minimal dua pertanyaan itu hadir di benak kita. (Ah, sok tau nih yang nulis, hehehe). Tapi memang seperti itu. Kalau dua pertanyaan di atas tidak terbersit, lebih baik tulisan ini tidak usah dilanjutkan untuk dibaca. Karena itu pertanda kalau pembaca (kamu) belum cukup umur. :p

Ibarat tali kusut, saya nggak tau mau mulai nulis darimana. Tapi yang pasti, kali ini saya pengen SEDIKIT bercerita tentang sebuah pernikahan.
Kalau cerita tentang nikah, teman-teman pengennya nikah dengan siapa? (Hayuk mikir.. dengan siapa ya? Dengan dia, dia, dia, dia, atau dia? Atau dia? Atau... *Banyak banget pilihannya mas/mbak/dek?. Padahal dia-nya kan belum tentu mau dengan situ :p

Udah nemu jawaban dari pertanyaan diatas?
Kalo saya, sejujurnya ingin menikah dengan orang yang saya cintai dan dia juga cinta. Menikah dengan orang yang saling mencintai itu sepertinya sempurna banget kebahagiaannya. Kenapa? Saya yakin masing-masing kita punya alasannya.

Tapi kita kan bisa belajar mencintai setelah pernikahan? IYA, benar. Tulisan di atas hanya sebatas jawaban dengan siapa kita ingin menikah. Itu cuma keinginan. Masih dalam bentuk persepsi.
Terus gimana cara kita tahu kalo dia juga cinta sama kita?
Hmm, pertanyaan yang sulit dijawab. Sebagai orang yang memutuskan untuk tidak berpacaran, kita hanya mampu menerka-nerka “Apa dia juga cinta sama aku ya?”. Itu sudah jadi resiko dari pelaku “cinta dalam diam”. 

Saya sadar, sebenarnya keinginan untuk menikah dengan seseorang yang saling mencintai itu hanyalah perasaan, dan perasaan bisa saja yang dominan adalah bisikan syetan. Untuk itu perlu kita putuskan, bahwa pernikahan wajib mengikuti hasil shalat Istikharah. Ini masalah serius dengan siapa kita akan menghabiskan waktu menjalani kehidupan, bro. Allah yang Maha Mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, hanya DIA satu-satunya yang bisa dimintai petunjuk. Memang, kita tidak ragu dengan kasih sayang orangtua atau keluarga kita, tapi apakah saran dan nasehatnya pasti benar? Cuma Allah yang mengetahui secara PASTI apa yang akan terjadi. Baik dan buruknya, Allah pasti tahu. Dan tentunya proses istikharah bukan hanya sekali atau dua kali shalat, bisa jadi beberapa kali kita lakukan shalat istikharah sampai memperoleh kemantapan hati.

Ketika usaha menuju “mitsaqan gholidzo” telah terlaksana, tapi moment terindah itu belum juga tiba...
Mungkin Allah sedang memandang bahwa kita belum pantas, atau calon makmum/imam kita yang belum pantas. Banyak faktor yang mengelilingi untuk urusan yang satu ini. Allah ingin kita dipertemukan dan disatukan melalui caranya yang terindah. Allah ingin masing-masing dari kita bertemu dalam kepantasan, dengan caraNya yang tak terduga. Yang kita butuhkan selain terus berusaha memantaskan diri adalah kesabaran, karena kesabaran salah satu hal yang akan mendatangkan pertolonganNya. [lihat QS. Al Baqarah: 153]

Akhirnya, dipenghujung tulisan ini..

Diam-diam aku tidak diam,
Diam-diam aku mendoakan mu, calon bidadariku..
Entah berapa kali air mata ini juga menetes
.................
Jika hari bahagia itu tiba..
Kita bersama merawat iman dan membangun jalan ketaqwaan,
Kita tersenyum dan tertawa dalam ke-halal-an
Kita saling menatap dengan kerinduan
Yang telah terbingkai dalam pernikahan

Yaa Allah, seandainya namaku terucap didalam doa-doanya, jika kelak kehadiranku  mampu membuat sejuk hatinya, jika kelak ia menjadi pribadi yang lebih indah bersamaku, maka jika menurut-Mu ia adalah jodoh terbaik untukku, buatlah aku juga merasakan hal yang sama, Jadikanlah ia jodoh dunia akhirat impianku dan satukan kami dalam kebahagiaan..”


Pekanbaru, 24 April 2015
Share on :


Related post:


0 komentar:

Posting Komentar

Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.