Dimensi Subjective Well Being atau Aspek-Aspek SWB
Diener (dalam
Snyder & Lopez, 2006)
menyatakan bahwa SWB memiliki tiga
bagian penting, pertama merupakan
penilaian subjektif berdasarkan pengalaman-pengalaman individu,
kedua mencakup penilaian ketidakhadiran faktor-faktor negatif, dan
ketiga penilaian kepuasan
global. Diener (1994) menyatakan
adanya dua komponen umum
dalam SWB, yaitu dimensi kognitif
dan dimensi afektif. Dimensi kognitif
diidentifikasikan sebagai
kepuasan hidup dan
dimensi afektif terdiri
dari afek menyenangkan dan afek
tidak menyenangkan yang
dikenal dengan afek
positif dan afek negatif.
a.
Dimensi Kognitif
Diener
(2000) menyatakan bahwa SWB terdiri dari dua komponen yang terpisah, yaitu
dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif direpresentasikan dalam
bentuk kepuasan hidup secara global/umum (lebih dikenal dengan kepuasan hidup
saja) dan kepuasan terhadap hal yang lebih spesifik seperti pekerjaan (work
satisfaction), keluarga, dsb. Dalam hal ini peneliti hanya menjelaskan tentang
kepuasan hidup secara global/umum. Kepuasan hidup (life satisfaction) merupakan
bagian dari dimensi kognitif dari SWB. Life
satisfaction (Diener, 1994) merupakan
penilaian kognitif seseorang mengenai
kehidupannya, apakah kehidupan
yang dijalaninya berjalan
dengan baik. Ini
merupakan perasaan cukup,
damai, dan puas dari
kesenjangan antara keinginan
dan kebutuhan dengan pencapaian dan
pemenuhan. Campbell,
Converse, dan Rodgers
(dalam Diener, 1994) mengatakan
bahwa kompoen kognitif ini
merupakan kesenjangan yang dipersepsikan
antara keinginan dan pencapaiannya apakah terpenuhi atau tidak. Dimensi kognitif SWB ini juga mencakup
area kepuasan/domain satisfaction
individu di berbagai
bidang kehidupannya, seperti bidang yang
berkaitan dengan diri
sendiri, keluarga, kelompok
teman sebaya, kesehatan,
keuangan, pekerjaan, dan
waktu luang, artinya dimensi ini memiliki
gambaran yang multifacet.
Dan hal ini
sangat bergantung pada budaya dan bagaimana kehidupan seseorang
itu terbentuk (Diener, 1984). Andrews dan
Withey (dalam Diener, 1984)
juga menyatakan bahwa domain yang paling
dekat dan mendesak dalam kehidupan
individu merupakan domain yang
paling mempengaruhi SWB individu tersebut. Dimensi ini dapat
dipengaruhi oleh afek
namun tidak mengukur emosi seseorang.
b.
Dimensi Afektif
Subjective well
being merupakan kategori besar
yang mencakup respon emosional
individu, area kepuasan,
dan kepuasan hidup.
Setiap konstruk harus dipahami dengan cara yang sesuai (Stones &
Kozma dalam Diener, Suh, Lucas, &
Smith, 1999). Dimensi
afektif merupakan perubahan
neuropsikologikal yang sering dialami sebagai perasaan, mood, atau emosi
dan dapat diorganisasikan ke
dalam bentuk paling
tidak menjadi dua dimensi
yaitu valensi dan
arousal (Tsai, 2007). Mood
dan emosi yang biasa
dikenal dengan afek,
merepresentasikan evaluasi individu terhadap
setiap peristiwa yang ada di
dalam hidupnya (Diener, Suh, Lucas, & Smith, 1999). Bradburn dan
Caplovitz (dalam Diener, Suh,
Lucas, & Smith, 1999)
mengungkapkan tentang afek
menyenangkan dan afek
tidak menyenangkan membentuk dua faktor yang independen dan harus diukur
secara terpisah. Watson dan Tellegen (dalam Watson, Clark, & Tellegen, 1988)
menyatakan sebuah landasan, model dua faktor yang biasa disebut dengan afek
positif dan afek negatif.
1)
Afek Positif
Afek positif
merupakan refleksi dari
perasaan antusias, aktif,
dan siaga. Afek positif yang tinggi berupa energi yang tinggi,
konsentrasi penuh, dan pengalaman
yang menyenangkan, sebaliknya
afek positif yang rendah bercirikan
kesedihan dan lesu
(Watson, Clark, & Tellegen, 1998). Snyder dan Lopez
(2006) juga mengungkapkan afek positif
meliputi antara lain
simptom-simptom antusiasme, keceriaan, dan kebahagiaan hidup.
2)
Afek Negatif
Afek negatif
merupakan dimensi umum
dari keadaan yang menyedihkan dan
tidak menyenangkan yang memunculkan
berbagai macam mood yang tidak disukai seperti marah, merasa bersalah,
takut, dan tegang, afek
negatif yang rendah
akan memunculkan rasa ketenangan dan ketentraman (Watson,
Clark, & Tellegen, 1998). Afek negatif merupakan kehadiran simptom yang
menyatakan bahwa hidup tidak menyenangkan (Snyder & Lopez, 2006). Dimensi afektif menekankan pada
pengalaman emosi menyenangkan baik
yang pada saat ini sering
dialami oleh seseorang ataupun hanya
berdasarkan penilaiannya.
Keseimbangan tingkat afek merujuk
kepada banyaknya perasaan
positif yang dialami
dibandingkan dengan perasaan negatif (Diener, 1984). Kepuasan hidup
dan banyaknya afek
positif dan negatif dapat saling berkaitan,
hal ini disebabkan
oleh penilaian seseorang
terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan, masalah,
dan kejadian-kejadian dalam hidupnya. Sekalipun
kedua hal ini
berkaitan, namun keduannya
berbeda, kepuasan hidup merupakan penilaian
mengenai hidup seseorang
secara menyeluruh, sedangkan
afek positif dan
negatif terdiri dari
reaksi-reaksi berkelanjutan terhadap kejadian-kejadian yang dialami
(Diener, 1994).
3 komentar:
Halo kak, boleh tau daftar pustaka artikel kakak? Aku lagi buat tugas penelitian dan mau pake artiikel kakak. Terima Kasih kak.
ini sumbernya dari mana yaa? ada referensi jurnalnya yang lengkap gini? makasih
ini sumbernya dari mana yaa? ada referensi jurnalnya yang lengkap gini? makasih
Posting Komentar
Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.