Konflik pada dasarnya terbagi dua bagian yaitu
konflik internal dan konflik eksternal. Konflik
internal terjadi pada diri individu sedangkan konflik eksternal merupakan konflik yang timbul antara dua orang
atau lebih dan dikenal dengan konflik interpersonal, contohya konflik yang
terjadi pada pasangan suami istri.
Konflik menurut Winardi (1994) terbagi empat macam,
yaitu :
a. Konflik di dalam individu sendiri
Setiap konflik dapat bersifat meresahkan bagi orang
atau orang-orang yang berhubungan dengannya di antara konflik-konflik yang
lebih mencemaskan secara potensial dapat disebut konflik-konflik yang
melibatkan diri individu sendiri. Konflik-konflik dapat muncul karena berlebihan
beban peranan (Role Overlads) dan
ketidakmampuan peranan yang bersangkutan (Person-
Role Incompatibilities) dalam hal ini pasangan suami istri.
b. Konflik antar pribadi
Konflik antar pribadi antara seorang individu atau
lebih. Misalnya hubungan suami istri
c. Konflik antar kelompok
Situasi konflik lain muncul di dalam organisasi,
sebagai suatu jaringan kerja kelompok-kelompok yang saling kait-mengait
d. Konflik antar oraginsasi
Konflik yang terjadi antara organisasi-organisasi.
Penelitian ini lebih difokuskan pada konflik antar pribadi atau konflik individu dengan individu
(konflik interpersonal) yaitu konflik dalam perkawinan yang terjadi pada suami
istri.
Menurut Thomas dan Kilmann (dalam
Wirawan, 2010) yang dimaksud dengan konflik adalah suatu kondisi ketidakcocokan
objektif antara nilai-nilai atau tujuan-tujuan, seperti perilaku yang secara
sengaja mengganggu upaya pencapaian tujuan, dan secara emosional mengandung
suasana permusuhan. Mereka mengembangkan taksonomi gaya manajemen konflik
berdasarkan dua dimensi: pertama kerjasama adalah upaya orang untuk memuaskan orang
lain jika menghadapi konflik. Kedua keasertifan adalah upaya orang untuk
memuaskan diri sendiri jika menghadapi konflik. Berdasarkan dua dimensi
tersebut Thomas dan kilmann mengemukakan lima jenis gaya manajemen konflik.
Adapun kelima jenis gaya manajemen
konflik tersebut adalah sebagaimana berikut:
1.
Kompetisi (Competiting). Gaya manajemen konflik
dengan tingkat keasertifan tinggi dan tingkat
kerjasama rendah. Gaya ini merupakan gaya yang berorientasi pada kekuasaan, di mana
seseorang akan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk memenangkan konflik
dengan dianiaya lawannya.
2.
Kolaborasi (Collaborating). Gaya manajemen konflik dengan tingkat
keasertifan dan kerjasama tinggi. Tujuannya adalah untuk mencari alternatif,
dasar bersama, dan sepenuhnya memenuhi harapan kedua belah pihak yang terlibat
dalam konflik.
3.
Kompromi (Compromizing). Gaya manajemen konflik tengah atau
menengah, di mana tingkat keasertifan dan kerjasama sedang. Dengan menggunakan
strategi memberi dan mengambil (give and take), kedua belah pihak yang
terlibat konflik mencari alternatif titik tengah yang memuaskan sebagai
keinginan mereka.
4.
Menghindar (Avoiding). Gaya manajemen konflik dengan tingkat
keasertifan dan kerja sama rendah. Dalam gaya manajemen konflik ini, kedua
belah pihak berusaha menghindari konflik. Menurut Thomas dan Kilmann bentuk
menghindar tersebut bisa berupa: (a) menjauhkan diri dari pokok masalah; (b)
menunda pokok masalah hingga waktu yang tepat; atau (c) menarik diri dari
konflik yang mengancam dan merugikan.
5.
Mengakomodasi (Accomodating) gaya manajemen konflik dengan tingkat
keasertifan rendah dan tingkat kerjasama tinggi. Seorang mengabaikan
kepentingannya sendiri dan berupaya memuaskan kepentingan lawan.
Demikian Artikel tentang jenis-jenis konflik dan manajemen konflik. Hati-hati dengan prilaku langsung mengcopy paste/ plagiarisme, melanggar undang-undang!
0 komentar:
Posting Komentar
Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.