Mengapa
Harus aku ? Aku sering bertanya pada diriku sendiri mengapa harus aku terpilih
menjadi berbeda? Aku membutuhkan waktu lebih dari sepuluh tahun untuk menemukan
jawabannya dan untuk menyadari bahwa aku tidak lebih berbeda dari orang lain.
Saudara kembarku terlahir tanpa cacat, ketika lahir, tetapi aku terlahir dengan
cerebral palsy.
Orang
– orang berpikir aku bodoh karena sulit bagiku untuk menuliskan namaku sendiri.
Jadi, ketika aku menjadi satu-satunya siswa dikelas yang menggunakn mesin
ketik, aku mulai merasa berbeda. Semua menjadi lebih buruk ketika teman-teman
kelas tiga naik kekelas empat dan aku harus tinggal kelas. Aku tidak naik kelas
karena guru-guru berpikir aku tidak akan mampu mengetik cukup cepat untuk
mengikuti yang lain. Anak-anak memberitahuku bahwa itu bohong dan alasan aku
tinggal kelas adalah karena aku terbelakang. Rasanya benar-benar sakit diejek
oleh orang-orang yang aku kira adalah teman-temanku.
Aku
belajar bahwa tidak ada orang yang dapat disalahkan atas kesulitanku. Aku sadar
bahwa aku dapat melakukan banyak hal dan bahwa aku dapat melaksanakannya dengan
sangat baik. Beberapa hal tidak dapat aku lakukan, seperti mencatat didalam
kelas atau mengikuti lomba lari, tetapi aku harus menerimanya...
Ada saatnya aku berharap aku tidak
dilahirkan dengan cerebral palsy, tetapi menangis tidak akan memberi manfaat
untukku. Aku hanya hidup sekali, jadi aku ingin menjalaninya sebaik mungkin. Tidak
ada seorang pun yang dapat menjadi Angela Mare Erickson yang menulis karangan
ini. Aku tidak akan pernah menjadi, atau sekalipun ingin menjadi orang lain.
Anak-anak sering minder ketika ia
berbeda dengan orang-orang normal, termasuk ketika fisiknya tidak mampu ia
pergunakan. Gangguan fisik atau tunadharta pada anak meliputi kerusakan
ortopedis, seperti cerebral palsy dan serangan mendadak. Banyak anak yang
menederita gangguan fisik memerlukan pendidikan khusus dan jasa berkaitan,
seperti transportasi, terapi fisik, layanan kesehatan sekolah dan jasa
psikologis (Best Heller & Biggie, 2005)
Menurut Samuel A kirk(1986) yang
dialihbahasakan oleh Moh. Amin dan Ina Yusuf kusumah (1991:3)mengemukakan bahwa
seseorang dikatakan anak tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatan mengganggu
kemampuan – kemampuan anak untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari – hari,
sekolah atau rumah. Sebagai contoh anak yang mempunyai lengan palsu tetapi ia
dapat mengikuti kegiatan sekolah atau ada anak yang minum obat untuk
mengendalikan gangguan kesehatannya maka anak – anak jenis itu tidak termasuk
gangguan penyandang gangguan fisik.Tetapi jika kondisi fisik tidak mampu
memegang pena, atau anak sakit – sakitan ( mengidap penyakit kronis)sering
kambuh sehingga ia tidak dapat bersekolah secara rutin maka anak itu termasuk
penyandang gangguan fisik(tunadaksa).
A.
Pengertian
Tuna Daksa
Tunadakasa
berasal dari kata “ Tuna “ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh.
Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari
pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and
Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini
disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak
adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia.
B.
Klasifikasi
Tuna Daksa
Pada
dasarnya kelainan pada anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
besar, yaitu
(1) kelainan pada sistem serebral (Cerebral
System), dan
(2) kelainan pada sistem otot dan rangka
(Musculus Skeletal System).
1. Kelaian pada sistem serebral (cerebral system disorders).
Cerebral
Palsy adalah penyakit yang meliputi kurangnya koordinasi otot, gemetar atau
cara berbicara yang tidak jelas. Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelainan
sistem serebral (cerebral) didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang
terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).
Kerusakan pada sistem syarap pusat mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial,
karena otak dan sumsum tulang belakang sumsum merupakan pusat komputer dari aktivitas
hidup manusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat
kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok
kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CL).
Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut :
Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut :
(a) derajat kecacatan
(b) topograpi anggota badan yang cacat
a. Penggolongan menurut derajat kecacatan
Menurut
derajat kecacatan, cerebal palsy dapat digolongkan atas : golongan ringan,
golongan sedang, dan golongan berat.
1.
Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan
tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal
lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.
2.
Golongan
sedang : ialah mereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus untuk bicara,
berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan alat-lat khusus
untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu penyangga kaki,
kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan pertolongan secara khusus,
anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.
3.
Golongan berat : anak cerebral palsy golongan
ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong
dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.
b. Penggolongan Menurut Topografi
Dilihat dari topografi yaitu banyaknya
anggota tubuh yang lumpuh, Cerebrol Palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam)
golongan yaitu:
1. Monoplegia, hanya satu anggota gerak
yang lumpuh misal kaki kiri sedang kaki kanan dan kedua tangannya normal.
2. Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas
dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau
tangan kiri dan kaki kiri.
3. Paraplegia,
lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
4. Diplegia,
lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri (paraplegia)
5. Triplegia,
tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua
kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
6. Quadriplegia, anak jenis ini mengalami
kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan dan
kedua kakinya, quadriplegia disebutnya juga tetraplegia.
*Ditulis oleh Tri Wulandari, Mahasiswa Psikologi UIN Suska Riau.
Artikel sebelumnya yaitu tentang Kualitas Persahabatan
Related post:
Anak Berkebutuhan Khusus
0 komentar:
Posting Komentar
Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.