sumber gambar; google.com |
Sore itu, seperti biasa aku menjalankan tugasku sebagai satu-satunya seorang gadis di rumah, yaitu menyiram bunga dan menyapu halaman. Aku memang menyukai tanaman bunga dan sangat menekankan hidup bersih, sehingga tanpa rasa bosan hampir setiap sore kujalani kegiatanku itu.
Sedang
asyik-asyiknya aku menyiram bunga, tiba-tiba terdengar suara...
“ Aida...rajin
amat lu, jalan-jalan yuks sambil ngabuburit…?? ” Kulihat teman lamaku, Meli dan
seorang cowok yang tidak lain adalah pacarnya dengan kendaraan sepeda motor
menyapaku.
” Owh Mel, iya
neh seperti biasa...mau kemana sore-sore gini? Jawabku sambil sedikit memainkan
selang air, menunjukkan kegiatanku.
” Mau ngabuburit
Ai, ikut nggak? ”
” lanjut aja
dech, liat sendiri kan...aku lagi maenan air neh, hehehe ”
” Oke, tinggal
dulu yah...jangan diminum tuh air. xixixi ” Meli pamit sambil tertawa kecil,
sementara si Deni meng-anggukan kepalanya sebagai isyarat kalo dia juga izin
pergi.
” Siipp, ati
–ati di jalan ya..”
Percakapan kami
terhenti sampai disitu. Tidak berapa lama mereka menghilang dari penglihatanku.
Melihat mereka
berdua ( Meli dan Deni) mengingatkanku beberapa waktu yang lalu, saat-saat aku
masih menggeluti dan menikmati indahnya pacaran. Sebelum akhirnya aku sadar,
bahwa indahnya pacaran yang aku rasakan itu ternyata hanyalah JEBAKAN SYETAN
yang terkutuk, yang senantiasa mengajak manusia dijadikan temannya di Neraka
nanti. Na’udzubillah....
Ternyata dulu
aku telah membuat para Iblis itu menari-nari dan berpesta pora karena langkah
yang sangat kunikmati, Pacaran. Yang aku tahu hanyalah indahnya jalan-jalan
bersama seorang cowo’ sambil pegangan tangan. Status jomblo tak boleh lebih
dari dua bulan ’hinggap’ dipunggungku, artinya aku harus punya pacar lagi
setelah dua bulan menjomblo. Siapa yang bakalan manjain aku, siapa yang akan
kirim SMS ” Sayang, udah makan belom? ”. Teman-teman yang punya pacar dengan
mesranya jalan-jalan, sambil berpelukan diatas sepeda motor, masa’ iya aku
harus menjomblo? Ih, nggak banget lah!. Kataku dalam hati. Saat itu, status
jomblo bikin hidup nggak nyaman banget pokoknya. Hidup bener-bener terasa sepi!
Tapi itu dulu.
Malam Minggu
beberapa bulan yang lalu, ketika genap usia ’kesendirianku’ dua bulan.
Aku membuka akun
fesbukku, kulihat di beranda seseorang membuat status ” Dosa itu mungkin manis
rasanya”. Status yang ditulisnya menurutku bagus. Penasaran, kulihat profilnya.
Ternyata ia sebaya denganku, lahir di tahun 90-an. Barisan panjang tentang
Islam kubaca di profil dan catatan-catatan kecilnya. Malam itu, sepertinya ada
rasa kagum menghampiri hatiku. Aku smakin penasaran!. Setelah membaca profil,
kulanjutkan ’pengintaian’ku dengan membuka album photo miliknya. Ada dua album.
Berharap aku bisa melihat wajahnya, karena photo profil yang ia pasang hanya
sebuah gambar bertuliskan ”La Tahzan”. Tapi nihil, ia sama sekali tidak meng
upload photonya, isi dua album itu cuma tentang Islam dan seorang anak kecil
yang mungkin itu photo keponakannya.
Singkatnya,
Malam itu ke-BeTe-an ku terlupakan karena profilnya, langsung ’tancap gas’,
segera kuketik pesan ke inbox-nya, ” Malam..Mba, kok photonya mbak nggak ada
ya?, oya mbak, status mbak tu apa artinya? ”, Dan pesan TERKIRIM. Isi pesanku
tanpa salam ajaran Islam ( Assalamu’alaikum ).
Tidak berapa
lama..
” Iya Ukhti, di
fesbuk ana memang tidak memajang photo. Sebab ana takut.
Mm, kadang ana
liat temen-temen yang bangga banget melakukan dosa, dan mereka bahkan seperti
membenci orang yang menyeru kebenaran. Status ana hanya sebuah perumpamaan,
ukhti. Itu buat mereka ”
Begitu isi pesan
yang ia kirimkan. Dan satu lagi, yang membuatku Ge-eR campur rasa nggak pantas
adalah karena dia orang pertama sejagad raya ini yang memanggilku dengan
sebutan Ukhti.
Beberapa kali
kami saling berkirim pesan, dan di pesan terakhir ia memberikan alamat akun
friendster. Menurutnya, ia masih memajang beberapa photo, itupun photo ketika
ia menggendong keponakan yang masih bayi. Tak menghapusnya, sebagai tanda
pernah eksis di situs pertemanan tersebut ujarnya dalam pesan yang diakhiri emo
:).
Segera Mouse ini
meng-klik alamat yang dituju, melihat paras seorang ukhti yang mengobati ”
Saturday Stress ” ku, Ukhti Neiva. Ia memperkenalkan namanya padaku.
”
Subhanallah....engkau begitu cantik ukhti. Sungguh, aku benar-benar tak
menyangka kalau ukhti secantik ini. Maafkan aku ukhti…. yang salah menilaimu ”.
Lama kupandangai wajah ukhti Neiva di photo itu. Tak sadar, air mata ini
menetes membasahi pipi ketika aku teringat isi pesan di inbox-ku.
“ Ukhti Aida,
sengaja ana tidak memajang photo. Ana takut kalau photo-photo ana bisa membuat
para ikhwan tidak khusyu’ dalam shalatnya karena sebelumnya telah melihat
photo-photo ana. Dan ana takut seandainya hal itu benar-benar terjadi, tentulah
di Akhirat nanti ana diminta pertanggung jawaban… ”. Demikian isi pesannya, dan
sangat besar kesalahanku, karena setelah membaca aku malah berkomentar “ Lebay
” terhadap isi pesannya itu.
“ Ukhti Neiva,
maafkan aku…….. Ya Allah…ada hambaMu yang sangat takut terhadapMu, sementara
aku disini sedang mengharapkan DOSA. Aku gelisah karna status jomblo masih
dipundakku, Padahal saat inilah aku harus benar-benar hanya mencintaiMu. Ya
Rabbi, Ampuni aku…. “. Teriakku dalam hati, dan air mata membanjiri seluruh
area wajahku.
Aku bangkit dari
posisi duduk, segera ke kamar mandi untuk berwudhu kemudian melaksanakan shalat
Taubat. Dalam shalat, aku berdoa sebisaku. Memohon ampunan Allah.
Beberapa hari
setelah aku mengenal ukhti Neiva, kehidupan mulai terasa indah kurasakan. Aku
banyak belajar tentang Islam darinya. Dampaknya, selain melaksanakan Shalat
lima waktu, aku juga mengenakan Jilbab.
” Allah
mewajibkan wanita muslim untuk berjilbab ” Ujar ukhti Neiva.
Cukup banyak
ujian yang kuhadapi pada awal-awal aku berjilbab, tidak sedikit orang yang
mengatakan ” Mau jadi ninja ya? ”, atau ” Sok Iman banget seh ”.
Kalimat-kalimat itu memang membuat tidak nyaman, tapi tidak menyurutkan niatku
untuk tetap berjilbab. Dalam hati aku berkata ” biarlah aku sok iman, daripada
kamu sok bejat. Udah bejat, sok-sokan lagi, huft...”. Berusaha menghibur diri.
Tidak berapa
lama setelah itu, aku meyakinkan diriku untuk tidak berpacaran lagi. ”Karena
berpacaran sama saja dengan mendekati zina” aku sepakat dengan pernyataan itu.
Cinta – cinta yang datang dari lelaki kuberanikan untuk menolaknya, keinginanku
adalah seorang lelaki yg dgn berani mengkhitbahku tanpa harus berpacaran. Kini
aku bahagia dengan status jomblo-ku, karena setiap hari yang ada hanya cinta
terhadap Rabb-ku, bukan untuk lawan jenisku.
Diatas sajadah
kecil ini, kalimat-kalimat penguat jiwa kutulis dalam hatiku bersama
tetes-tetes lembut air mata
- Menjomblo
bukanlah menyia-nyiakan masa muda, tapi justru memanfaatkan indahnya cintaku
terhadap Rabb-ku lebih awal.
- Terlalu biasa
jika usia tua dekat dengan Allah, tapi yang istimewa adalah ketika usia muda
sudah ta’at kepadaNya.
” Yaa Allah,
terimakasih Engkau telah menunjukkan jalan yang benar untukku melalui ukhti
Neiva, jadikanlah kami hamba-hamba yang Istiqamah dalam melaksanakan seruanMu
”.
” Terimakasih
ukhti Neiva...”
***********************
"...........Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari
sisi Engkau; Karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)". { QS.
Ali ’Imran; 8 }
Ada yang mau
meniru langkah ukhti Neiva dan ukhti Aida?
...........................................................................................
Cerpen ini saya tulis waktu masih semester 3 dulu. cukup banyak komentar di Fan Page Islami yang ada di facebook yaitu
2.700 lebih komentar.
By: Atrof Ardians | Add Fb: Atrof Ardians
Ramadhan 2010
0 komentar:
Posting Komentar
Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.