Rabu, 26 Maret 2014

Makalah Tuna Daksa


Mengapa Harus aku ? Aku sering bertanya pada diriku sendiri mengapa harus aku terpilih menjadi berbeda? Aku membutuhkan waktu lebih dari sepuluh tahun untuk menemukan jawabannya dan untuk menyadari bahwa aku tidak lebih berbeda dari orang lain. Saudara kembarku terlahir tanpa cacat, ketika lahir, tetapi aku terlahir dengan cerebral palsy.
Orang – orang berpikir aku bodoh karena sulit bagiku untuk menuliskan namaku sendiri. Jadi, ketika aku menjadi satu-satunya siswa dikelas yang menggunakn mesin ketik, aku mulai merasa berbeda. Semua menjadi lebih buruk ketika teman-teman kelas tiga naik kekelas empat dan aku harus tinggal kelas. Aku tidak naik kelas karena guru-guru berpikir aku tidak akan mampu mengetik cukup cepat untuk mengikuti yang lain. Anak-anak memberitahuku bahwa itu bohong dan alasan aku tinggal kelas adalah karena aku terbelakang. Rasanya benar-benar sakit diejek oleh orang-orang yang aku kira adalah teman-temanku.
Aku belajar bahwa tidak ada orang yang dapat disalahkan atas kesulitanku. Aku sadar bahwa aku dapat melakukan banyak hal dan bahwa aku dapat melaksanakannya dengan sangat baik. Beberapa hal tidak dapat aku lakukan, seperti mencatat didalam kelas atau mengikuti lomba lari, tetapi aku harus menerimanya...
          Ada saatnya aku berharap aku tidak dilahirkan dengan cerebral palsy, tetapi menangis tidak akan memberi manfaat untukku. Aku hanya hidup sekali, jadi aku ingin menjalaninya sebaik mungkin. Tidak ada seorang pun yang dapat menjadi Angela Mare Erickson yang menulis karangan ini. Aku tidak akan pernah menjadi, atau sekalipun ingin menjadi orang lain.
          Anak-anak sering minder ketika ia berbeda dengan orang-orang normal, termasuk ketika fisiknya tidak mampu ia pergunakan. Gangguan fisik atau tunadharta pada anak meliputi kerusakan ortopedis, seperti cerebral palsy dan serangan mendadak. Banyak anak yang menederita gangguan fisik memerlukan pendidikan khusus dan jasa berkaitan, seperti transportasi, terapi fisik, layanan kesehatan sekolah dan jasa psikologis (Best Heller & Biggie, 2005)
          Menurut Samuel A kirk(1986) yang dialihbahasakan oleh Moh. Amin dan Ina Yusuf kusumah (1991:3)mengemukakan bahwa seseorang dikatakan anak tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatan mengganggu kemampuan – kemampuan anak untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari – hari, sekolah atau rumah. Sebagai contoh anak yang mempunyai lengan palsu tetapi ia dapat mengikuti kegiatan sekolah atau ada anak yang minum obat untuk mengendalikan gangguan kesehatannya maka anak – anak jenis itu tidak termasuk gangguan penyandang gangguan fisik.Tetapi jika kondisi fisik tidak mampu memegang pena, atau anak sakit – sakitan ( mengidap penyakit kronis)sering kambuh sehingga ia tidak dapat bersekolah secara rutin maka anak itu termasuk penyandang gangguan fisik(tunadaksa).
A.   Pengertian Tuna Daksa
Tunadakasa berasal dari kata “ Tuna “ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia.

B.   Klasifikasi Tuna Daksa
Pada dasarnya kelainan pada anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu
 (1) kelainan pada sistem serebral (Cerebral System), dan
 (2) kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System).

1. Kelaian pada sistem serebral (cerebral system disorders).
Cerebral Palsy adalah penyakit yang meliputi kurangnya koordinasi otot, gemetar atau cara berbicara yang tidak jelas. Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral) didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syarap pusat mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang sumsum merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CL).
Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut :
(a) derajat kecacatan
(b) topograpi anggota badan yang cacat

a. Penggolongan menurut derajat kecacatan
Menurut derajat kecacatan, cerebal palsy dapat digolongkan atas : golongan ringan, golongan sedang, dan golongan berat.
1.     Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.
2.    Golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.
3.      Golongan berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.

b. Penggolongan Menurut Topografi
Dilihat dari topografi yaitu banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, Cerebrol Palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan yaitu:
1.    Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kiri sedang kaki kanan dan kedua tangannya normal.
2.    Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri.
3.     Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
4.     Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri (paraplegia)
5.     Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
6.     Quadriplegia, anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan dan kedua kakinya, quadriplegia disebutnya juga tetraplegia.
 *Ditulis oleh Tri Wulandari, Mahasiswa Psikologi UIN Suska Riau.

Artikel sebelumnya yaitu tentang Kualitas Persahabatan

Share on :


Related post:


0 komentar:

Posting Komentar

Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.