Jumat, 21 Maret 2014

Ketika Cinta Berteduh ( Bag. II )



Dilain tempat dan waktu yang berbeda. Ba’da Asyar, rumah ustadz Subhan sangat ramai. Banyak orang berdatangan dan hilir mudik di halaman rumah yang telah terpasang tenda itu. Barisan kursi dan meja tersusun dengan rapinya. Beberapa tamu undangan tampak sedang menyantap makanan yang telah disediakan oleh yang punya acara. Disisi kiri depan telah tersedia menu makanan yang dihidangkan khusus untuk para tamu, selain menu utama ada juga menu lain seperti bakso, sate, soto dan juga Ice Cream. Beberapa Board flowers bertuliskan “ Selamat menempuh hidup baru untuk Alya dan Kamil “ berbaris di pagar rumah itu. Sebuah pelaminan indah berwarna kuning keemasan dipadu dengan warna merah terpajang dengan anggunnya. Kedua mempelai terlihat dengan penuh senyum menyalami para undangan yang berdatangan keatas pelaminan untuk memberikan ucapan selamat. Rona bahagia memancar dari wajahnya. Beriringan dengan alunan musik islami dari panggung hiburan yang tersedia.

Hari itu adalah hari resepsi pernikahan Kak Alya, putri kedua ustadz Subhan. Daviq hadir di acara itu atas undangan langsung dari ustadz Subhan beberapa hari yang lalu ketika selesai shalat Maghrib berjamaah di mesjid. Rumah ustadz subhan tidak jauh dari rumah kost Daviq dan bahkan terbilang dekat. Saat Daviq sedang menikmati hidangan yang diambilnya, tiba-tiba pandangannya tertuju pada seseorang yang selama ini sering menjadi lamunannya.
 “ Eh, itu seperti cewek yang waktu itu kehujanan..” gumamnya lirih
Dalam hati Daviq ingin sekali menghampirinya, tapi ia merasa saat itu bukanlah waktu yang tepat. Daviq memperhatikan perempuan itu dengan seksama.
“ Apa dia saudara ustadz Subhan ya? Kok ikut bantu-bantu kerja dan keluar masuk rumah? “
Daviq bertanya-tanya dalam hati. Keinginannya untuk menghampiri gadis berjilbab itu semakin kuat, tapi juga ia masih ragu. Apakah gadis itu masih mengingatnya atau sudah lupa, karena kejadiannya sudah hampir satu bulan.
“ Kalo bukan sekarang kapan lagi?? “ Ia bertanya dalam diri dan berusaha meyakinkan. Ia bangkit dari tempat duduknya, sambil mengumpulkan keberanian ia melangkah mendekati gadis berjilbab yang tengah berdiri memandangi pengantin yang sedang berphoto bersama tamu undangan.
“ Assalamu’alaikum Mba..”
“ Wa’alaikumsalam, eh.. Mas yang waktu itu…” Gadis cantik berjilbab itu menjawab salam, dan ia tampak terkejut ketika melihat Daviq ada disampingnya.
“ Iya mba, waktu itu kita kehujanan dan berteduh di tempat yang sama “ Daviq melanjutkan kalimat gadis itu, karena sepertinya ia sedang berpikir dimana ia pernah bertemu.
 “ Oh, iya.. Aduh mas maaf ya. Jacketnya belum dikembalikan. Saya bingung mau kemana mengembalikannya “
“ Iya enggak apa-apa mba “ Daviq sedikit tenang, karena ternyata gadis itu masih mengingatnya. Padahal sebelumnya jantung serasa mau copot dan sedikit gemetar.
“ Vi…sebentar yuk..” Suara seorang wanita memanggil gadis itu.
“ Sebentar ya mas..” Gadis itu berpamitan
“ Iya, silahkan… eh, mba, namanya siapa? “ Tanya Daviq. Tekadnya sudah bulat ingin mengenal gadis tersebut.
“ Vivi, nama mas sapa? “
“ Aku Daviq “ Ketika gadis itu menyebutkan nama, Daviq sangat bahagia sekali rasanya. Terlebih lagi Vivi juga menanyakan namanya. Sepertinya Daviq lebih bahagia dibandingkan kedua mempelai yang sedang bersanding itu. Dengan perasaan bahagia Daviq meninggalkan rumah ustadz Subhan. 
Bersambung...
By: Atrof Ardiansyah
Share on :


Related post:


0 komentar:

Posting Komentar

Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.