Kamis, 20 Maret 2014

Kepribadian Klien dalam Konseling


Sebagai seorang konselor tentu akan menghadapi berbagai jenis atau ragam klien yang diantaranya sebagai berikut ini :
1. Klien Sukarela yang artinya klien yang hadir di ruangan atas kesadaran sendiri. Yang secara umum dapat kita kenali cirri-ciri klien sukarela sebagai berikut :
      -Hadir atas kehendak sendiri
     - Dapat menyesuaikan diri dengan konselor
     - Mudah terbuka
     - Mengikuti proses dengan kesungguhan hati
     - Mengemukakan sesuatu dengan jelas
     - Sikap bersahabat, mengharapkan bantuan
     - Bersedia mengungkap rahasia walaupun menyakitkan 
 2. .......

Shertzer and Stone (1987) mengemukakan bahwa keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh 3 hal yaitu :
1.            Kepribadian Klien
Kepribadian klien cukup menentukan keberhasilan peoses konseling. Aspek-aspek kepribadian klien adalah sikap, emosi, intelektual, motivasi dan sebagainya. Seorang klien yang cemas akan Nampak prilakunya pada saat berhadapan dengan konselor, seorang konselor yang efektif akan mengungkap perasaan-perasaan cemas klien semaksimal mungkin dengan cara menggali atau eksplorasi sehingga keluar dengan leluasa bahkan mungkin diiringi dengan air mata klien.
Sebagai mana konselor, klien juga dilatarbelakangi oleh sikap, nilai-nilai, pengalaman, perasaan, budaya, social, ekonomi, dan sebagainya. Semua itu membentuk kepribadiannya. Saat berhadapan dengan konselor dalam proses konseling, maka latarbelakang tersebut akan muncul baik dengan sengaja dimunculkan maupun muncul dengan tidak disengaja

2.            Harapan Klien
Mengandung makna adanya kebutuhan yang ingin terpenuhi melalui proses konseling. Pada umumnya harapan klien terhadap proses konseling adalah untuk memperoleh informasi, menurunkan kecemasan, memperoleh jawaban atau jalan keluar dari persoalan yang dialami dan mencari upaya bagaimana dirinya supaya lebih baik dan lebih berkembang.
Factor harapan konselor kadang-kadang dapat pula mengganggu jelannya proses konseling. Terutama jika  harapan tersebut tersekesan dipaksakan. Hal ini dapat membuat klien menjadi tidak kreatif, tergantung, dan mengacaukan konsenterasinya, akibatnya klien tidak mampu menggali dirinya dan  terjadi konflik dalam diri klien antara harapan konselor dan harapan dirinya bertentangan, konflik harapan juga bias terjadi antara klien  dengan orang tuanya, klien dengan atasan, dan sebagainya.

3.            Pengalaman atau Pendidikan Klien
Hal ini amat menentukan atas keberhasilan proses konseling. Sebab dengan pengalaman dan pendidikan tersebut, klien akan mudah menggali dirinya sehingga persoalannya semakin jelas dan upaya pemecahannya semakin terarah. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman dalam konseling, wawancara, berkomunikasi, berdiskusi, pidato, ceramah, mengajar, melatih keterbukaan, dalam suasana demokratis dikeluarga, kantor, sekolah, dan sebagainya.
Share on :


Related post:


0 komentar:

Posting Komentar

Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.