Jumat, 21 Maret 2014

Kategori Harga Diri dalam Psikologi



Coopersmith (dalam Susanti, Mukhlis, dan Widiningsih, 2007) membagi taraf harga diri dalam tiga kategori, yaitu taraf harga diri tinggi, taraf harga diri sedang dan taraf harga diri rendah. Sementara itu, Clemes, Bean dan Clark (dalam Susanti, Mukhlis, dan Widiningsih, 2007) membagi taraf  harga diri menjadi dua kategori, yaitu kategori harga diri tinggi dan kategori harga diri rendah.
a.    Harga diri tinggi
Individu yang harga dirinya tinggi menurut Coopersmith mempunyai sifat aktif dan agresif, dalam bidang akademis cenderung sukses dan juga dalam hal hubungan sosial. Dalam pergaulan lebih bersifat memimpin, bebas berpendapat, tidak menghindari perbedaan pendapat, tahan terhadap semua kritikan dan tidak mudah cemas. Individu bergaul dengan baik, adanya sifat optimis yang terbentuk berdasarkan keyakinan dalam dirinya bahwa ia mempunyai kecakapan, kemampuan bergaul dan mempunyai kepribadian yang kuat. Individu jarang terkena gangguan psikosomatik.
Menurut Clemes, Bean dan Clark membagi karakteristik harga diri tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)   Bertindak mandiri. Individu akan membuat pilihan dan mengambil keputusan tentang masalah seperti pemanfaatan waktu, uang, pekerjaan, dan pakaian.
2)   Menerima tanggung jawab. Individu akan bertindak dengan segera dan penuh keyakinan dan kadang-kadang menerima tanggung jawab untuk tugas dan kebutuhan sehari-hari
3)   Merasa bangga akan prestasinya. Individu akan menerima pengakuan terhadap prestasi yang dicapainya dengan gembira dan bahkan kadang-kadang memuji diri sendiri
4)   Mendekati tantangan baru dengan penuh antusias. Tugas yang belum diketahui, belajar dan melakukan aktifitas baru menarik perhatiannya dan ia mau melibatkan dirinya dengan penuh percaya diri
5)   Menunjukkan sederet perasaan dan sederet emosi yang luas. Individu mampu tertawa, berteriak, menangis, mengungkapkan kasih sayangnya secara spontan dan secara umum mengalami berbagai perasaan emosi tanpa menyadarinya.
6)   Mentolerir frustasi dengan baik. Individu akan mampu menghadapi frustasinya dengan berbagai reaksi seperti menertawakan diri sendiri, berteriak keras-keras dan sebagainya dan dapat berbicara tentang apa saja yang membuatnya frustasi.
7)   Merasa mampu mempengaruhi orang lain. Ia merasa percaya diri akan kesan yang diperolehnya dan mampu mempengaruhi anggota keluarga, teman bahkan para pemimpin seperti guru, menteri, direktur, dan lain-lain.
Orang yang memiliki tingkat penghargaan diri yang tinggi biasanya memiliki pemahaman yang jelas tentang kualitas personalnya. Mereka menganggap diri mereka baik, punya tujuan yang tepat, menggunakan umpan balik dengan cara memperkaya wawasan, dan menikmati pengalaman-pengalaman positif serta bisa mengatasi situasi sulit.
Brehm dan Kassin (dalam Lubis, 2009) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi mampu menghadapi situasi yang penuh dengan tantangan dan situasi yang penuh dengan stress.
Orang yang mempunyai harga diri tinggi menurut Berne dan Savary (dalam Lubis, 2009) adalah orang yang mengenal dirinya sendiri dengan segala keterbatasannya, merasa tidak malu atas keterbatasan yang dimiliki, memandang, keterbatasan dengan suatu realitas dan menjadikan keterbatasan itu sebagai tantangan untuk berkembang.
b.    Harga diri sedang
Individu yang memiliki harga diri sedang menurut Coopersmith mempunyai ciri-ciri sifat dan cara mereka bertindak mempunyai persamaan dengan individu yang mempunyai taraf harga diri tinggi. Perbedaannya hanya terletak pada intensitas keyakinan diri, mereka agak kurang yakin dalam menilai diri pribadinya dan mereka agak tergantung pada penerimaan sosial lingkungan di mana ia berada.
c.    Harga diri rendah
Individu yang mempunyai taraf harga diri rendah menurut Coopersmith menunjukkan sifat-sifat keputusasaan, selalu membayangkan kegagalan, selalu dihinggapi depresi dan selalu merasa tidak menarik dan merasa terisolir dalam pergaulannya. Kemauan untuk menghadapi kekurangan dan kelemahan sangat lemah, takut mengatur terhadap orang yang berbuat kesalahan, sangat peka terhadap kritik serta tidak merasa bergaul dengan orang lain.
Menurut Clemes, dkk, karakteristik harga diri rendah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)   Meremehkan bakatnya sendiri. Individu akan mengatakan,” saya tidak bisa melakukan ini atau itu…Saya tidak tahu bagaimana…,Saya pernah pernah belajar itu.”
2)   Merasa bahwa orang lain tidak menghargainya. Individu akan merasa tidak yakin atau selalu bersikap negatif terhadap dukungan dan kasih sayang orang tua dan temannya.
3)   Merasa tidak berdaya. Kurang percaya diri atau bahkan ketidakberdayaan akan tampak dalam sikap dan tindakan anak remaja. Individu tidak mampu berusaha keras menghadapi tantangan atau masalah.
4)   Mudah dipengaruhi orang lain. Gagasan dan  perlakuannya kerap berubah mengikuti orang yang banyak bergaul dengannya, seringkali individu dimanipulasi orang yang berkepribadian kuat.
5)   Menunjukkan deretan emosi dan perasaan yang sempit
6)   Remaja dengan harga diri rendah ini sering menunjukkan beberapa emosi yang khas seperti tidak sopan, keras kepala, histeria. Orang tua dapat meramalkan reaksi yang akan diperlihatkan dalam situasi tertentu.
7)   Menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan. Toleransi yang rendah terhadap stress terutama rasa takut, amarah atau lingkungan yang menimbulkan kecemasan.
8)   Menjadi defensif dan mudah frustasi. Individu akan mudah tersinggung, tidak mampu menerima kritik atau perintah yang tidak diduga dan selalu mempunyai dalih mengapa individu tidak dapat melaksanakannya.
9)   Menyalahkan orang lain karena kelemahan sendiri. Individu jarang mau mengikuti kesalahan atau kelemahan dan kerap kali menyalahkan orang lain atau keadaan yang tidak menguntungkan sebagai penyebab kesulitannya.
Orang yang memandang rendah dirinya sendiri kurang memiliki konsep diri yang jelas, merasa rendah diri, sering memilih tujuan yang kurang realistis atau bahkkan tidak memiliki tujuan yang pasti, cenderung pesimis dalam menghadapi masa depan, mengingat masa lalu secara negatif, berkubang dalam perasaan negatif, punya reaksi emosional dan behavioral yang lebih buruk dalam merespon tanggapan negatif dari orang lain, kurang mampu memunculkan feedback positif terhadap dirinya sendiri, lebih memerhatikan dampak sosial mereka terhadap orang lain, dan lebih mudah kena depresi atau berpikir terlalu mendalam saat mereka menghadapi stress atau kekalahan.
Butler, Hokanson, & Flynn (dalam Lubis, 2009) berpendapat bahwa harga diri yang rendah akan berpengaruh negatif pada individu yang bersangkutan dan mengakibatkan individu tersebut akan menjadi stress dan depresi. Selain itu, menurut Coopersmith (dalam Lubis, 2009) orang yang memiliki harga diri rendah senantiasa mudah mengalami kecemasan, tidak bahagia, selalu putus asa, tidak percaya diri. Lebih dari itu orang yang memiliki penghargaan diri rendah mudah dihinggapi rasa takut, seperti perasaan tidak diterima dan selalu merasa dibenci, selalu merasa gagal, terlalu takut menghadapi kelemahan dan kekurangan dirinya, sangat peka terhadap kritik dan mudah tersinggung, serta cenderung menarik diri dalam pergaulannya.

***
Untuk referensi bisa ditanyakan melalui akun facebook saya. Terimakasih

Share on :


Related post:


2 komentar:

Anonim mengatakan...

kak, mau minta daftar pustakanya bole gak?

kecabang mengatakan...

sesulit itukah menaikan harga diri??

Posting Komentar

Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.