Dilain
tempat dan waktu yang berbeda. Ba’da Asyar, rumah ustadz Subhan sangat ramai.
Banyak orang berdatangan dan hilir mudik di halaman rumah yang telah terpasang
tenda itu. Barisan kursi dan meja tersusun dengan rapinya. Beberapa tamu
undangan tampak sedang menyantap makanan yang telah disediakan oleh yang punya
acara. Disisi kiri depan telah tersedia menu makanan yang dihidangkan khusus
untuk para tamu, selain menu utama ada juga menu lain seperti bakso, sate, soto
dan juga Ice Cream. Beberapa Board flowers bertuliskan “ Selamat menempuh hidup
baru untuk Alya dan Kamil “ berbaris di pagar rumah itu. Sebuah pelaminan indah
berwarna kuning keemasan dipadu dengan warna merah terpajang dengan anggunnya.
Kedua mempelai terlihat dengan penuh senyum menyalami para undangan yang
berdatangan keatas pelaminan untuk memberikan ucapan selamat. Rona bahagia
memancar dari wajahnya. Beriringan dengan alunan musik islami dari panggung
hiburan yang tersedia.
Hari
itu adalah hari resepsi pernikahan Kak Alya, putri kedua ustadz Subhan. Daviq
hadir di acara itu atas undangan langsung dari ustadz Subhan beberapa hari yang
lalu ketika selesai shalat Maghrib berjamaah di mesjid. Rumah ustadz subhan
tidak jauh dari rumah kost Daviq dan bahkan terbilang dekat. Saat Daviq sedang
menikmati hidangan yang diambilnya, tiba-tiba pandangannya tertuju pada
seseorang yang selama ini sering menjadi lamunannya.
“ Eh, itu seperti cewek yang waktu itu
kehujanan..” gumamnya lirih
Dalam
hati Daviq ingin sekali menghampirinya, tapi ia merasa saat itu bukanlah waktu
yang tepat. Daviq memperhatikan perempuan itu dengan seksama.
“
Apa dia saudara ustadz Subhan ya? Kok ikut bantu-bantu kerja dan keluar masuk
rumah? “
Daviq
bertanya-tanya dalam hati. Keinginannya untuk menghampiri gadis berjilbab itu
semakin kuat, tapi juga ia masih ragu. Apakah gadis itu masih mengingatnya atau
sudah lupa, karena kejadiannya sudah hampir satu bulan.
“
Kalo bukan sekarang kapan lagi?? “ Ia bertanya dalam diri dan berusaha
meyakinkan. Ia bangkit dari tempat duduknya, sambil mengumpulkan keberanian ia
melangkah mendekati gadis berjilbab yang tengah berdiri memandangi pengantin
yang sedang berphoto bersama tamu undangan.
“
Assalamu’alaikum Mba..”
“
Wa’alaikumsalam, eh.. Mas yang waktu itu…” Gadis cantik berjilbab itu menjawab
salam, dan ia tampak terkejut ketika melihat Daviq ada disampingnya.
“
Iya mba, waktu itu kita kehujanan dan berteduh di tempat yang sama “ Daviq
melanjutkan kalimat gadis itu, karena sepertinya ia sedang berpikir dimana ia
pernah bertemu.
“ Oh, iya.. Aduh mas maaf ya. Jacketnya belum
dikembalikan. Saya bingung mau kemana mengembalikannya “
“
Iya enggak apa-apa mba “ Daviq sedikit tenang, karena ternyata gadis itu masih
mengingatnya. Padahal sebelumnya jantung serasa mau copot dan sedikit gemetar.
“
Vi…sebentar yuk..” Suara seorang wanita memanggil gadis itu.
“
Sebentar ya mas..” Gadis itu berpamitan
“
Iya, silahkan… eh, mba, namanya siapa? “ Tanya Daviq. Tekadnya sudah bulat
ingin mengenal gadis tersebut.
“
Vivi, nama mas sapa? “
“
Aku Daviq “ Ketika gadis itu menyebutkan nama, Daviq sangat bahagia sekali
rasanya. Terlebih lagi Vivi juga menanyakan namanya. Sepertinya Daviq lebih
bahagia dibandingkan kedua mempelai yang sedang bersanding itu. Dengan perasaan
bahagia Daviq meninggalkan rumah ustadz Subhan.
Bersambung...
By: Atrof Ardiansyah
0 komentar:
Posting Komentar
Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.