Coopersmith (dalam Susanti,
Mukhlis, dan Widiningsih, 2007) membagi taraf harga diri dalam tiga kategori,
yaitu taraf harga diri tinggi, taraf harga diri sedang dan taraf harga diri
rendah. Sementara itu, Clemes, Bean dan Clark (dalam Susanti, Mukhlis, dan
Widiningsih, 2007) membagi taraf harga
diri menjadi dua kategori, yaitu kategori harga diri tinggi dan kategori harga
diri rendah.
a. Harga
diri tinggi
Individu yang harga dirinya tinggi
menurut Coopersmith mempunyai sifat aktif dan agresif, dalam bidang akademis
cenderung sukses dan juga dalam hal hubungan sosial. Dalam pergaulan lebih
bersifat memimpin, bebas berpendapat, tidak menghindari perbedaan pendapat,
tahan terhadap semua kritikan dan tidak mudah cemas. Individu bergaul dengan
baik, adanya sifat optimis yang terbentuk berdasarkan keyakinan dalam dirinya
bahwa ia mempunyai kecakapan, kemampuan bergaul dan mempunyai kepribadian yang
kuat. Individu jarang terkena gangguan psikosomatik.
Menurut
Clemes, Bean dan Clark membagi karakteristik harga diri tinggi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Bertindak
mandiri. Individu akan membuat pilihan dan mengambil keputusan tentang masalah
seperti pemanfaatan waktu, uang, pekerjaan, dan pakaian.
2) Menerima
tanggung jawab. Individu akan bertindak dengan segera dan penuh keyakinan dan
kadang-kadang menerima tanggung jawab untuk tugas dan kebutuhan sehari-hari
3) Merasa
bangga akan prestasinya. Individu akan menerima pengakuan terhadap prestasi
yang dicapainya dengan gembira dan bahkan kadang-kadang memuji diri sendiri
4) Mendekati
tantangan baru dengan penuh antusias. Tugas yang belum diketahui, belajar dan
melakukan aktifitas baru menarik perhatiannya dan ia mau melibatkan dirinya
dengan penuh percaya diri
5) Menunjukkan
sederet perasaan dan sederet emosi yang luas. Individu mampu tertawa,
berteriak, menangis, mengungkapkan kasih sayangnya secara spontan dan secara
umum mengalami berbagai perasaan emosi tanpa menyadarinya.
6) Mentolerir
frustasi dengan baik. Individu akan mampu menghadapi frustasinya dengan
berbagai reaksi seperti menertawakan diri sendiri, berteriak keras-keras dan
sebagainya dan dapat berbicara tentang apa saja yang membuatnya frustasi.
7) Merasa
mampu mempengaruhi orang lain. Ia merasa percaya diri akan kesan yang
diperolehnya dan mampu mempengaruhi anggota keluarga, teman bahkan para
pemimpin seperti guru, menteri, direktur, dan lain-lain.
Orang yang memiliki
tingkat penghargaan diri yang tinggi biasanya memiliki pemahaman yang jelas
tentang kualitas personalnya. Mereka menganggap diri mereka baik, punya tujuan
yang tepat, menggunakan umpan balik dengan cara memperkaya wawasan, dan
menikmati pengalaman-pengalaman positif serta bisa mengatasi situasi sulit.
Brehm dan Kassin (dalam
Lubis, 2009) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi
mampu menghadapi situasi yang penuh dengan tantangan dan situasi yang penuh
dengan stress.
Orang
yang mempunyai harga diri tinggi menurut Berne dan Savary (dalam Lubis, 2009)
adalah orang yang mengenal dirinya sendiri dengan segala keterbatasannya,
merasa tidak malu atas keterbatasan yang dimiliki, memandang, keterbatasan
dengan suatu realitas dan menjadikan keterbatasan itu sebagai tantangan untuk
berkembang.
b. Harga
diri sedang
Individu yang memiliki harga diri sedang
menurut Coopersmith mempunyai ciri-ciri sifat dan cara mereka bertindak
mempunyai persamaan dengan individu yang mempunyai taraf harga diri tinggi.
Perbedaannya hanya terletak pada intensitas keyakinan diri, mereka agak kurang
yakin dalam menilai diri pribadinya dan mereka agak tergantung pada penerimaan
sosial lingkungan di mana ia berada.
c. Harga
diri rendah
Individu yang
mempunyai taraf harga diri rendah menurut Coopersmith menunjukkan sifat-sifat
keputusasaan, selalu membayangkan kegagalan, selalu dihinggapi depresi dan
selalu merasa tidak menarik dan merasa terisolir dalam pergaulannya. Kemauan
untuk menghadapi kekurangan dan kelemahan sangat lemah, takut mengatur terhadap
orang yang berbuat kesalahan, sangat peka terhadap kritik serta tidak merasa
bergaul dengan orang lain.
Menurut Clemes, dkk, karakteristik harga
diri rendah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Meremehkan
bakatnya sendiri. Individu akan mengatakan,” saya tidak bisa melakukan ini atau
itu…Saya tidak tahu bagaimana…,Saya pernah pernah belajar itu.”
2) Merasa
bahwa orang lain tidak menghargainya. Individu akan merasa tidak yakin atau
selalu bersikap negatif terhadap dukungan dan kasih sayang orang tua dan
temannya.
3) Merasa
tidak berdaya. Kurang percaya diri atau bahkan ketidakberdayaan akan tampak
dalam sikap dan tindakan anak remaja. Individu tidak mampu berusaha keras
menghadapi tantangan atau masalah.
4) Mudah
dipengaruhi orang lain. Gagasan dan
perlakuannya kerap berubah mengikuti orang yang banyak bergaul
dengannya, seringkali individu dimanipulasi orang yang berkepribadian kuat.
5) Menunjukkan
deretan emosi dan perasaan yang sempit
6) Remaja
dengan harga diri rendah ini sering menunjukkan beberapa emosi yang khas
seperti tidak sopan, keras kepala, histeria. Orang tua dapat meramalkan reaksi
yang akan diperlihatkan dalam situasi tertentu.
7) Menghindari
situasi yang menimbulkan kecemasan. Toleransi yang rendah terhadap stress
terutama rasa takut, amarah atau lingkungan yang menimbulkan kecemasan.
8) Menjadi
defensif dan mudah frustasi. Individu akan mudah tersinggung, tidak mampu
menerima kritik atau perintah yang tidak diduga dan selalu mempunyai dalih
mengapa individu tidak dapat melaksanakannya.
9) Menyalahkan
orang lain karena kelemahan sendiri. Individu jarang mau mengikuti kesalahan
atau kelemahan dan kerap kali menyalahkan orang lain atau keadaan yang tidak
menguntungkan sebagai penyebab kesulitannya.
Orang yang memandang
rendah dirinya sendiri kurang memiliki konsep diri yang jelas, merasa rendah
diri, sering memilih tujuan yang kurang realistis atau bahkkan tidak memiliki
tujuan yang pasti, cenderung pesimis dalam menghadapi masa depan, mengingat
masa lalu secara negatif, berkubang dalam perasaan negatif, punya reaksi
emosional dan behavioral yang lebih buruk dalam merespon tanggapan negatif dari
orang lain, kurang mampu memunculkan feedback
positif terhadap dirinya sendiri, lebih memerhatikan dampak sosial mereka
terhadap orang lain, dan lebih mudah kena depresi atau berpikir terlalu
mendalam saat mereka menghadapi stress atau kekalahan.
Butler,
Hokanson, & Flynn (dalam Lubis, 2009) berpendapat bahwa harga diri yang
rendah akan berpengaruh negatif pada individu yang bersangkutan dan
mengakibatkan individu tersebut akan menjadi stress dan depresi. Selain itu, menurut
Coopersmith (dalam Lubis, 2009) orang yang memiliki harga diri rendah
senantiasa mudah mengalami kecemasan, tidak bahagia, selalu putus asa, tidak
percaya diri. Lebih dari itu orang yang memiliki penghargaan diri rendah mudah
dihinggapi rasa takut, seperti perasaan tidak diterima dan selalu merasa
dibenci, selalu merasa gagal, terlalu takut menghadapi kelemahan dan kekurangan
dirinya, sangat peka terhadap kritik dan mudah tersinggung, serta cenderung menarik
diri dalam pergaulannya.
***
Untuk referensi bisa ditanyakan melalui akun facebook saya. Terimakasih
2 komentar:
kak, mau minta daftar pustakanya bole gak?
sesulit itukah menaikan harga diri??
Posting Komentar
Ingin berkomentar tapi gak punya blog? pilih "Anonymous" di 'kolom Beri Komentar Sebagai'. Komentar anda akan segera muncul.